Maroko
secara georafis terletak di bagian utara benua Afrika, adalah Negara
yang memiliki peran penting dalam sejarah masuknya Islam ke benua
Eropa. Dimana keberhasilan Thariq bin Ziyad (w: 720 M) dan pasukannya
dalam melakukan ekspansi militer pada tahun 711 M merupakan awal
periode kejayaan Islam di Eropa.
Di
Afrika bagian barat, ulama Maroko pun memiliki andil besar dalam
penyebaran dan eksistensi Islam di kawasan tersebut. Pengaruh ulama
ahli thoriqat (sufi) asal Maroko sangat kental dalam masyarakat muslim
di Senegal, Nigeria, Ghana dan beberapa Negara Afrika barat lainnya.
Lantas,
apakah ulama Maroko juga memiliki peran dalam penyebaran Islam di tanah
air? Sejauh mana pengaruh ulama dan intelektual Maroko di tengah
masyarakat muslim di Indonesia?.
Kehadiran Ulama Maroko di Tanah Air:
Sejarah
mencatat, bahwa ulama Maroko memiliki andil dalam proses penyebaran dan
perkembangan Islam di Indonesia, setidaknya ada dua indikator yang
menguatkan kesimpulan ini:
Pertama,
kunjungan petualang muslim asal kota Tanger Maroko, Ibnu Batutah (w:
1369 M) ke pulau Sumatera pada abad ke-14 Masehi, tepatnya pada saat
kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Malik Al Zahir (w: 1383
M). Kunjungan ini dicatat dalam bukunya yang sangat popular, yaitu “Rihlah Ibnu Batutah” sebagai rangkuman dari misi dakwah dan petualangannya.
Kedua, peran Syaikh Maulana Malik Ibrahim
(w: 1419 M) -salah seorang wali songo- yang merupakan tokoh sentral
dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Ia dijuluki dengan nama “Syaikh Maghribi”,
hal ini mengindikasikan bahwa ia berasal dari Maroko. Namun demikian,
para sejarawan tidak satu kata, sebab ada yang berpendapat ia berasal
dari Samarkand, ada juga yang mengatakan berasal dari Kashan Iran.
Pengaruh Keilmuan Ulama Maroko di Indonesia:
Pada
periode berikutnya, pengaruh ulama Maroko dalam pengembangan Islam di
Indonesia semakin jelas. Yaitu dengan melalui literatur keilmuan dan
tradisi intelektual. Dalam hal ini, saya akan mengerucutkannya ke dalam
dua katagori, yaitu peran ulama klassik dan ulama kontemporer.
Ada
beberapa ulama Klassik Maroko yang hingga saat ini memiliki pengaruh
intelektual kuat di kalangan muslim Indonesia, di antaranya; Muhammad
Ibn. Ajurrum As Sonhaji (w: 1324 M) pengarang Kitab Al Muqaddimah Al ajurrumiyah, dikenal dengan kitab Jurumiyah.
Kitab ini sangat sederhana, mengupas teori dasar grametika Arab, ia
diperuntukkan bagi kalangan pemula. Namun demikian, mayoritas kyai dan
santri di tanah air pernah mengkaji kitab ini.
Ulama
klassik Maroko yang juga memiliki pengaruh besar di tanah air adalah
Muhammad Bin Sulaiman Al Jazuli (w: 1465 M), pengarang kitab Dala’il al Khoirat,
kumpulan sholawat dan dzikir. Karena kualitas ruhaninya, kitab ini
menjadi bacaan istiqamah (wiridan) bagi banyak ulama dan muslim di
tanah air.
Selain
As Sonhaji dan Al Jazuli, ulama klassik Maroko yang ikut andil dalam
pengembangan Islam di Indonesia adalah Sidi Ahmad At Tijani (w: 1815
M). tokoh pendiri thariqat Tijaniyah ini dikagumi oleh banyak muslim
Indonesia, sehingga ajaran tahriqatnya hingga saat ini diminati oleh
muslim di tanah air.
Sedangkan
intelektual kontemporer Maroko yang memiliki pengaruh kuat di
Indonesia, di antaranya adalah: Mohammed Abid Aljabiri (w: 2010),
proyeknya dalam bidang “reformasi pemikiran” yang dituangkan dalam
beberapa buku, menjadi rujukan bagi kalangan akademisi dan intelektual
muslim di Indonesia. Selain Al Jabiri, beberapa ulama dan intelektual
Maroko turut mewarnai pemikiran dan keilmuan di tanah air, di
antaranya; Ahmad Raisuni (pakar Maqasid Syari’ah), Bensalim Himmich
(filsuf) dan Fatimah Mernissi (Pemikir dan Novelis).
Kesimpulan:
Hubungan
intelektual Maroko dengan masyarakat muslim di Indonesia telah
terjalin semenjak masa penyebaran Islam abad ke 14 Masehi hingga saat
ini. Pengaruh dan kontribusi mereka di kalangan muslim di tanah air
bisa disimpulkan ke dalam dua hal:
Pertama,
interaksi secara langsung, yaitu kehadiran mereka secara fisik di
tengah masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan adanya syaikh
Maghribi atau Maulana Malik Ibrahim sebagai salah seorang wali songo
dan kunjungan Ibnu Batutah ke pulau Sumatera pada masa kerajaan
Samudera Pasai.
Kedua,
pengaruh kelimuan, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa kitab
karya ulama dan intelektual Maroko yang menjadi rujukan penting bagi
masyarakat muslim Indonesia, sekaligus mempengaruhi perkembangan
keilmuan di tanah air, walaupun secara fisik, para penulisnya tidak
hadir di tengah-tengah muslim Indonesia. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar